26 Oktober 2012

PCN-014. Prahara Raden Klowor

Author : Barata
Serial Pendekar Cambuk Naga
dalam Episode 014: Prahara Raden Klowor
Penerbit : Wirautama
Cetakan Pertama, 1991
128 hlm; 18 cm
Ebook (pdf) by Abu Keisel, Scan by Clickers, Edit Teks (Lovely Peace)



Sinopsis

"Cambukku ini...." kata Klowor. "Bukan cambuk sembarangan, melainkan cambuk pusaka."
"Cambuk pusaka?! Wah, hebat juga kau diam-diam, punya urusan tentang pusaka, ya? Pusaka milikmu sendiri, maksudnya?"

"Hemm... bagaimana, ya? Cambuk itu bisa dikatakan milikku, tapi bukan juga milikku. Sebab.... Begini, Ki. Aku diberi sebuah cambuk oleh orang sakti, tetapi saat ini ada yang harus kulakukan agar cambuk itu benar-benar resmi jadi milikku."

"Wah, beruntung sekali kau. Cambuk apa namanya?"
"Pusaka... Cambuk Naga...." suara Klowor berbisik, namun justru mengagetkan orang yang diajak bicara. Orang beruban tipis itu menatap Raden Klowor tidak berkedip. Sampai lama. "Kau,., kau main-main, ya?"
"O, tidak, Ki. Aku sungguh-sungguh diberi pusaka yang bernama Cambuk Naga, dan...."

___________________________________

24 Oktober 2012

RC-016. Tiga Siluman Bukit Hantu

Mario Gembala
Serial Roro Centil
dalam episode 016: Tiga Siluman Bukit Hantu
Cetakan pertama
Penerbit
Penyunting
Gambar Sampul
128 hlm; 18 cm
Ebook (pdf) by Abu Keisel



Sinopsis

"Lalu bagaimana kelanjutannya?" Tanya Raden Mas Anjasmoro penuh perhatian. "Dia tuliskan sesuatu yang aku tak mengerti pada sobekan pakaiannya dengan darah, lalu berikan pada ku.! Tampaknya dia mau katakan sesuatu lagi, tapi dia sudah keburu pingsan! Karena bukit itu jauh dari desa, dan aku tak mau pakaian ku kotor kena darah. Terpaksa dia ku tinggalkan saja di bukit itu, entah mati ataukah masih bernyawa, aku tak mengetahui..!" Ujar Pitra Sena polos.

Terkejut Raden Mas Anjasmoro, segera terdengar suaranya mendesis. "Apakah, kain bertuliskan darah itu masih berada padamu?" Pitra Sena mengangguk. "Cepat berikan padaku, aku ingin lihat!" Berkata si Bangsawan Tua dengan nada tak sabar. Cepat-cepat Pitra Sena berikan sobekan kain yang diselipkan di saku celananya, yang telah dibungkus sobekan kain lagi. Bahkan Pitra Sena sendiri hampir lupa kalau masih mengantongi sobekan kain pemberian Jaran Perkoso.
____________________________________
Link Download (PDF) - 351 KB

10 Oktober 2012

PNP-056. Pembunuh Bayaran

T. Hidayat
Serial Pendekar Naga Putih
dalam episode 056: Pembunuh Bayaran
Cetakan pertama
Penerbit Cintamedia, Jakarta
Penyunting
Gambar Sampul
128 h. ; 12 x 18 cm
Ebook (pdf) by Abu Keisel, Scan : Clickers, Edit (Culan Ode)



Sinopsis

“Aku tidak bermaksud menyakitimu. Kuminta kau menunjukkan, di mana Senapati Marganta tinggal?” tanya Panji kepada pelayan yang sekujur tubuhnya gemetar karena ketakutan. Rupanya pelayan itu menduga kalau Panji adalah pembunuh kejam yang selama beberapa waktu ini berkeliaran di lingkungan istana. Rasa takutnya membuatnya tidak dapat menahan kencing. Celananya perlahan menjadi basah.

“Jangan takut. Aku bukan seorang pembunuh. Malah aku berniat membantu Kadipaten Balaraja untuk menangkap manusia jahat itu,” bujuk Panji lagi, berharap agar pelayan itu dapat hilang rasa takutnya, dan mau berbicara.

“Sejak Adipati Balaraja terbunuh, Tuan Senapati tinggal di dalam salah satu kamar istana. Dia hendak melindungi Paduka Permaisuri dan putranya yang masih berusia enam tahun,” tuturnya dengan suara susah-payah.

Link Download (pdf) - 379 KB

09 Oktober 2012

PBS-015. Maut Buat Madewa Gumilang

Author : Fahri A.
Serial Pendekar Bayangan Sukma
dalam Episode 015 : Maut Buat Madewa Gumilang
Penerbit : Gultom Agency
Setting : Trias Typesetting
Ebook (pdf) by Abu Keisel, Scan by Clickers, Edit Teks (Fujidenkikagawa)



Sinopsis

Nenek Berbaju Sutra terkikik lagi, seolah tak memperdulikan tatapan yang marah itu. "Karto dan Cakoro... mengapa kalian tidak mengikuti dan memenuhi permintaanku... aku teman kalian, cepat bersujudlah pada nenek itu... dia begitu sakti, Karto dan Cakoro... kalian tak akan mampu untuk melawannya... ayo cepat ciumlah telapak kaki nenek itu... Hihihi...."

"Nenek peot! Kami akan mengadu jiwa denganmu!" maki Karto sambil maju menyerbu dengan tombaknya. Begitu pula dengan Cakoro. Dia pun langsung menyerbu. Kata-kata Nenek Berbaju Sutra yang mempermainkannya begitu membuatnya marah dan geram. Dia pun menghunuskan tombaknya. "Hihihi... mengapa kalian tidak mengikuti permintaan teman kalian itu? Hihihi... kalian mau mampus rupanya!" "Jangan banyak bacot, Nenek peot! Ayo, hadapi kami!" maki Karto sambil menggerakkan tombaknya ke arah perut Nenek Berbaju Sutra. "Wuuuut!"

___________________________________

05 Oktober 2012

PRS-083. Siluman Muka Kodok

Author : Teguh S
Serial Pendekar Rajawali Sakti
dalam episode 083: Siluman Muka Kodok
Penerbit Cintamedia, Jakarta
Penyunting
Gambar Sampul
128 h. ; 12 x 18 cm
Ebook (pdf) by Abu Keisel, Edit Teks (Aura PandRa)



Sinopsis

Patih Gandaraka dan prajurit-prajuritnya dari Kerajaan Ringgading datang ke Karang Setra dengan jumlah besar. Tidak ada yang tahu maksud kedatangan mereka. Hal ini membuat seluruh pembesar Karang Setra menduga-duga maksud kedatangan mereka. Sedangkan Rangga saat ini tidak berada di Karang Setra.

"Mereka pasti hendak menyerang kita, Gusti Danupaksi," ujar Panglima Wirapati.

"Sebaiknya tanyakan dulu maksud kedatangan mereka, Gusti Danupaksi," selak Ki Lintuk.

Lalu, apa yang akan diperbuat Pendekar Rajawali Sakti setelah tiba di Karang Setra? Apakah kedatangan patih dan prajurit dari Kerajaan Ringgading itu berhubungan dengan kemunculan Siluman Muka Kodok? Lalu, siapakah Siluman Muka Kodok itu...?

_______________________________
Link Download (pdf) - 397 KB

Go to Pendekar Rajawali Sakti

02 Oktober 2012

PHK-023. Satria Pedang Asmara

Author : D. Affandy
Serial Pendekar Hina Kelana
dalam Episode 023 : Satria Pedang Asmara
Setting : Mutiara Typesetting
Ebook (pdf) by Abu Keisel, Edit Teks (Fujidenkikagawa)



Sinopsis

Ketika Pendekar Hina Kelana sedang melamun seorang diri di atas pohon itu. Tiba-tiba pendengarannya yang tajam mendengar suara isak tangis. Sayup-sayup kedengarannya. Pemuda itu nampak menyapu pandang ke arah sekelilingnya. Tapi dia belum melihat adanya orang lain di sekitar tempat itu. Namun ketika Buang Sengketa menoleh ke arah lain, maka terlihatlah sesosok tubuh berjalan tersaruk-saruk dengan wajah tertunduk, sekali dua perempuan itu menyeka air matanya yang bergulir di pipi.

Melihat keadaan perempuan itu, Buang dapat memastikan pastilah dia seorang anak orang berada. Tapi yang membuat si pemuda merasa keheranan mengapa perempuan itu, berkeliaran di tempat yang sunyi seorang diri? Padahal selain binatang buas. Bukan tak mungkin sewaktu-waktu orang jahat berkeliaran pula di tempat itu. Sejauh itu, sungguh pun hatinya diliputi oleh rasa keingintahuan, namun dia masih tetap berada di tempatnya.

Hingga pada akhirnya terdengar juga suara si wanita: "Kakang Andika....! Begitu tega kau meninggalkan diriku, aku menyadari sikapku yang dulu padamu. Tapi mengapa kini kau malah pergi begitu saja...?" rintih si gadis, dengan dada terasa menyesak.

___________________________________